Pusat Kolaborasi Riset Biofilm berdiri di bulan Maret tahun 2022 dan sebagai salah satu Pusat Kolaborasi Riset yang baru di Indonesia. Kolaborasi ini didasarkan pada adanya infeksi terkait biofilm belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya, sementara itu menurut data National Institutes of Health, biofilm merupakan mediator utama terjadinya infeksi kronis dan resistensi antibiotik, serta berperan secara signifikan dalam kejadian infeksi terkait layanan kesehatan di rumah sakit (HAIs). Diperkirakan sekitar 65-80% kejadian infeksi dalam tubuh manusia diakibatkan oleh biofilm. Biofilm sebagai pertahanan bakteri relatif lebih sulit diberantas dengan antibiotik, dengan demikian bakteri patogen dalam kondisi biofilm dapat menimbulkan masalah serius bagi kesehatan manusia, dan berkontribusi dalam tingginya angka resistensi antibiotik.
Salah satu strategi pengendalian biofilm saat ini adalah menyesuaikan target senyawa/obat dengan tahap pembentukan biofilm yang terjadi. Sebagai contoh, upaya pencegahan terbentuknya biofilm pada tahap awal dapat dilakukan dengan menggunakan agen inhibitor yang bisa mencegah perlekatan bakteri ke permukaan material. Senyawa inhibitor ini diharapkan mampu mengganggu/merusak kemampuan sensing bakteri terhadap permukaan yang akan dijadikan tempat kolonisasi. Penelitian tentang biofilm terutama di bidang kedokteran dan kesehatan saat ini mulai banyak dilakukan, tidak hanya karena besarnya dampak negatif yang ditimbulkan biofilm bagi kesehatan akan tetapi juga dampak ekonomi yang ditimbulkan.
Pengetahuan tentang mekanisme pembentukan biofilm, matriks ekstraseluler biofilm, senyawa yang bisa mengeradikasi sel biofilm maupun mendegradasi matriks ekstraseluler biofilm masih sangat terbatas. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi peneliti dan dunia medis. Belum adanya database tentang penyakit infeksi yang terkait dengan biofilm, dan senyawa yang berpotensi sebagai antibiofilm dari biodiversitas Indonesia menjadi permasalahan sendiri yang harus dipecahkan. Beberapa periset dari Universitas Gadjah Mada sudah memiliki rekam jejak terkait penggunaan biodiversitas untuk mengatasi biofilm. Sejauh ini, penelitian biofilm yang sudah dilakukan bersifat multidisiplin dan lintas disiplin, baik di level nasional dan internasional. Beberapa institusi yang terlibat antara lain berasal dari negara:
1. Belanda (University of Groningen, ACTA (Vrije Universiteit joint University of Amsterdam), University of Leiden, Erasmus University Rotterdam) 2. Belgia (KU Leuven) 3. Perancis (University of Poitiers, INSERM, CNRS, University of Nantes) 4. Jerman (Universiteit Wuerzburg, Heinrich Heine Universiteit)
Selain itu supervisi mahasiswa S3 dan S2, baik dalam negeri maupun joint supervision dengan kolaborator luar negeri juga sudah dilakukan dengan melibatkan periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta mitra institusi riset internasional. Output dari supervisi ini adalah mahasiswa S2 dan S3 dengan riset ekspertise biofilm, publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi tinggi, dan jurnal nasional terindeks Scopus. Selain itu, kami juga memiliki pengalaman menjadi host penelitian untuk internship riset mahasiswa S2 dari University of Poitiers, Perancis. Ada beberapa sumber dana penelitian terkait biofilm yang berhasil didapatkan seperti Grant Risbin Iptekdok Kementerian Kesehatan, Hibah Kompetensi, Hibah Penelitian Dasar, dan Hibah Penelitian Unggulan dari Kemenristek DIKTI, Uni Eropa melalui grant Erasmus + untuk memfasilitasi pertukaran staff dan mahasiswa S3 ke luar negeri (Perancis dan Belanda).
Uraian diatas merupakan landasan bagi tim pengusul untuk membentuk Pusat Kolaborasi
Riset Biofilm yang sejalan dengan visi misi UGM menjadi Universitas Riset Kelas Dunia dan visi misi BRIN dalam meningkatkan apabilitas IPTEK, budaya riset, dan penciptaan inovasi melalui peningkatan kualitas SDM IPTEK. Melalui PKR Biofilm ini, keragaman biodiversitas Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lokal dan global saat ini seperti isu resistensi antibiotik dan kejadian infeksi terkait layanan kesehatan / Health-care associated infections (HAIs)
PKR Biofilm
Synergizing in the discovery of biofilm diagnostics and antibiofilm compounds from Indonesian biodiversity